TOP

15/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Yesus Tidak Pernah Mengajarkan Doktrin Penebusan Dosa

Menurut doktrin dan keyakinan Kristen, Yesus terlahir untuk menebus dosa yang pernah dilakukan oleh Adam. Menurut keyakinan ini, bila dosa yang dilakukan oleh Adam tidak ditebus, maka semua anak-cucu keturunan Adam  akan celaka, binasa dan berujung di neraka. Dengan kata lain, doktrin ini mengajarkan bahwa Yesus dilahirkan untuk menyelamatkan manusia dari kutuk "warisan dosa" yang pernah dilakukan oleh Adam.

Kita pernah membahas ketidakmungkinan Yesus dijadikan korban penebusan dosa karena menurut Bible sendiri, Yesus menikah (lihat rujukan di kaki halaman) dan secara tidak langsung telah mengaku berdosa. Sedangkan menurut doktrin ini, syarat menjadi penebus dosa adalah harus seorang yang terbebas dari dosa dan tidak menikah.

Bila Yesus sendiri sudah tidak memenuhi syarat sebagai korban penebus dosa, sementara doktrin penebusan dosa harus tetap ditegakkan, maka kita bisa menyimpulkan sendiri bahwa ajaran ini adalah sebuah kebohongan, alias sebuah doktrin yang harus diyakini begitu saja tanpa perlu bersandar pada dalil, fakta, dan kebenaran yang berasal dari sang juruselamat sendiri!

Adanya kemiripan "doktrin korban penebus dosa" dalam Kristen dengan "korban persembahan manusia" kepada Dewa-Dewa Pagan kaum musyrik jahiliyah dalam sejarah, memunculkan praduga sangat beralasan bahwa doktrin penebusan dosa dalam Kristen sebenarnya bukan ajaran yang bersumber dari Allah atau Yesus, melainkan adaptasi dari ajaran para penyembah berhala dan orang-orang musyrik terhadap ajaran Yesus. Berangkat dari fakta ini, maka tidak berlebihan bila kemudian kita pun bertanya:

Pernahkah Yesus mengajarkan penebusan dosa?
Bagi umat Kristen, meyakini Yesus sebagai korban penebus dosa merupakan sertifikat  keselamatan, sekaligus jaminan bahwa kelak akan terhindar dari kebinasaan kekal di neraka. Meyakini Yesus sebagai korban penebus dosa merupakan satu paket dengan meyakini Yesus telah menyerahkan nyawanya dan mati terkutuk di tiang salib. Cukup hanya dengan keyakinan semacam itulah yang akan menjadikan Yesus sebagai juruselamat bagi mereka.

Secara ringkas, umat Kristen meyakini bahwa agar terhindar dari kebinasaan kekal di neraka maka mereka harus meyakini Yesus terlahir ke dunia sebagai juruselamat untuk menebus dosa "warisan" Adam kepada anak cucunya melalui penyerahan nyawa dan mati terkutuk di tiang salib.

Karena ini menyangkut hidup kekal di akhirat kelak, apakah akan kekal di neraka atau kekal di sorga, maka sudah sepatutnya umat Kristen memastikan sendiri, benarkah Yesus menjamin keselamatan manusia melalui ajaran dan doktrin agar kita meyakini dirinya sebagai korban penebus dosa?

Sama halnya dengan bentuk-bentuk jaminan dalam keseharian kita, sebut saja misalnya jaminan dari sebuah Bank yang berpromosi atau "mendoktrin" calon dan nasabahnya bahwa segala resiko kerugian para nasabah di Bank tersebut dijamin oleh pemerintah, apakah nasabah boleh percaya begitu saja  lalu merasa aman dan nyaman karenanya? Tentu saja tidak! 

Agar nasabah menjadi yakin seyakin-yakinnya, bukan yakin karena rayuan dan kelihaian para sales Bank semata, maka para nasabah harus memperoleh pernyataan resmi dari Pemerintah yang tegas-tegas menjamin kemanan dana mereka. Bila pernyataan tersebut ada, barulah para nasabah dan calon nasabah boleh merasa tentram untuk menaruh kepercayaan mereka kepada Bank tempat menyimpan kekayaan mereka masing-masing. Bila tidak ada, maka keyakinanan mereka adalah keyakinan semu yang terbentuk hanya karena rayuan para sales Bank belaka!

Begitu juga halnya dengan umat Kristen. Meyakini Yesus sebagai juruselamat penebus dosa waris mereka adalah hal yang sangat luar biasa besar resikonya. Keyakinan ini berdampak langsung pada kehidupan mereka yang kekal di akhirat kelak. Apakah keyakinan tsb benar-benar menjamin mereka akan selamat dari api neraka atau justru sebaliknya? Padahal setelah semua kebenaran itu terbukti nanti, sudah tidak ada lagi peluang untuk kembali ke dunia guna memperbaiki keyakinannya. 

Oleh karena itu sudah sepatutnyalah diperlukan jaminan langsung dari Allah, atau dari Yesus atas nama Allah, yang menyatakan bahwa Yesus adalah juruselamat bagi manusia yang percaya bahwa dia terlahir ke dunia untuk menebus dosa dengan cara mati terkutuk di tiang salib!

Kepastian apa yang dapat membuat manusia percaya pada doktrin ini?
Dari penelusuran alkitab, kita mengetahui bahwa ternyata sejak zaman Adam hingga zaman sebelum kelahiran Yesus, tidak seorangpun pernah menerima ajaran dari para nabi dan orang-orang suci terdahulu tentang adanya dosa asal atau dosa waris Adam, apalagi keharusan bagi setiap anak-cucu Adam untuk menebusnya. Demikian pula pada masa Yesus berdakwah hingga "kepergiannya", tidak seorangpun pernah menerima ajaran dari Yesus sendiri tentang adanya dosa waris dan keharusan menebusnya. Ajaran yang tidak pernah dikenal oleh Yesus ini muncul jauh setelah Yesus sendiri tidak ada di dunia!

Tidak sedikit di antara para peneliti dan sarjana allkitab yang, baik secara diam-diam atau secara terbuka (lalu beralih keyakinan menjadi atheis atau muallaf), menyimpulkan bahwa ajaran dan doktrin penebusan dosa di dalam kekristenan sebenarnya adalah sinkretisme (gabungan) dari ajaran Yesus dengan kepercayaan orang-orang musyrik jahiliyah penyembah berhala yang mengaitkan peristiwa penyaliban "orang tak dikenal" yang mereka yakini adalah Yesus, sebagai "korban tebusan" suci. 

Jauh sebelumnya, orang-orang Musyrik Jahiliyah ini sudah meyakini suatu keharusan untuk menyerahkan korban manusia kepada Dewa-Dewa agar mereka selamat dari bencana alam dan mendapat berkah dari alam. Lalu mereka melihat sosok Yesus; orang suci yang konon katanya tidak pernah berdosa dan tidak pernah menikah, yang menurut "kabar burung" mengalami kematian tragis di tiang salib. 

Dalam keyakinan para musyrik penyembah Dewa-Dewa Pagan, Yesus adalah sosok yang paling pantas sebagai korban persembahan kepada bapaknya para Dewa. Sehingga lahirlah ajaran baru tentang keselamatan manusia melalui korban manusia penebus dosa yang sama sekali tidak pernah diajarkan oleh Yesus. Tidak heran bila kemudian umat ini merayakan Natal sebagai hari kelahiran Yesus yang tidak lahir pada tanggal 25 Desember, sebagai buah "cocokologi" tanggal kelahiran Yesus dengan tanggal yang diyakini oleh para penyembah Dewa-Dewa Pagan sebagai hari kelahiran Dewa Matahari.

Keselamatan Menurut Yesus
Sebelum masa dakwah Yesus yang oleh umat Kristen disebut sebagai zaman Taurat, orang-orang pada zaman itu mengenal ajaran keselamatan adalah dengan mempercayai Allah sebagai satu-satunya Tuhan, sebagai satu-satunya juruselamat dan sebagai satu-satunya penebus.

[Yesaya 45:21] " ... Bukankah Aku, Tuhan? Tidak ada yang lain, tidak ada Allah selain dari pada-Ku! Allah yang adil dan Juruselamat, tidak ada yang lain kecuali Aku!"

[Yesaya 49:26] " … supaya seluruh umat manusia mengetahui, bahwa Aku, Tuhan, adalah Juruselamatmu dan Penebusmu, Yang Mahakuat, Allah Yakub.“

[Hosea 13:4] " … tetapi Aku adalah Tuhan, Allahmu sejak di tanah Mesir; engkau tidak mengenal allah kecuali Aku, dan tidak ada juruselamat selain dari Aku.

Mereka sama sekali tidak pernah menerima ajaran tentang dosa waris Adam dan keharusan menebus dosa tsb agar memperoleh keselamatan.

Satu-satunya jalan keselamatan adalah dengan meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan, satu-satunya juruselamat, dan satu-satunya penebus dosa, yakni satu-satunya Tuhan yang Mahapengampun dan Mahaberkuasa mengampuni dosa sekecil atau sebesar apapun!

Mereka juga diajarkan bahwa dosa tidak diwariskan kepada anak-cucu atau sebaliknya, melainkan ditanggung sendiri-sendiri oleh setiap pelakunya. Kendati demikian, dosa dapat dihapus (bukan ditebus) melalui jalan bertaubat.

[Yehezkial 18:20] Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati. Anak tidak akan turut menanggung kesalahan ayahnya dan ayah tidak akan turut menanggung kesalahan anaknya. Orang benar akan menerima berkat kebenarannya, dan kefasikan orang fasik akan tertanggung atasnya.

[Yehezkial 18:21] Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapanKu serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati.

[Yehezkial 18:22] Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya.

[Yehezkial 18:23] Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik? demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup?

Seperti itu juga ajaran keselamatan yang diajarkan oleh Yesus kepada kaumnya. Yesus sama sekali tidak pernah mengajarkan adanya dosa waris dan keharusan menebusnya, sehingga tentu saja Yesus sama sekali tidak pernah mengajarkan dirinya terlahir ke dunia ini untuk menebus dosa dan harus menyerahkan nyawanya dengan cara mati dterkutuk i tiang salib.

Dalam Injil yang dikarang oleh Markus pasal 10:17-19 dikisahkan seseorang bertanya kepada Yesus:

“Guru yang baik, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”
Jawab Yesus: “Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja. Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah ayahmu dan ibumu!”

Ajaran Yesus tentang keselamatan tersebut sangat jelas, gamblang dan tidak memerlukan penafsiran macam-macam bahwa untuk mendapatkan keselamatan, seseorang harus mentaati hukum Taurat. Yesus sama sekali tidak menyinggung, apalagi mengajarkan secara nyata bahwa keselamatan dapat diperoleh dengan meyakini Yesus sebagai korban penebus dosa.
 
Dalam Injil yang dikarang oleh Yohanes pasal 17:3, dikisahkan bahwa untuk memperoleh hidup yang kekal di sorga, seseorang harus mengimani Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang benar dan mengimani Yesus sebagai utusannya. Juga tidak disinggung sedikitpun harus meyakini adanya dosa waris dan Yesus terlahir sebagai penebus dosa.  Demikian juga dalam Injil karangan-karangan lainnya.

Pada masa-masa menjelang akhir dakwahnya, Injil karangan Yohanes pasal 17:6 mengisahkan bahwa Yesus bermunajat kepada Allah:

"Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepaa-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu."

Artinya, Yesus telah menyampaikan dan mengajarkan seluruh perintah Allah yang difirmankan kepadanya, dan tidak satu Injil pun yang mencatat bahwa Yesus pernah mengajarkan adanya dosa waris serta keharusan menebusnya, apalagi membuat pernyataan bahwa dirinya adalah korban penebus dosa tersebut. Yang ada, dan justru menjadi dasar semua ajaran Yesus, adalah perintah kepada kaumnya agar senantiasa mematuhi segala firman Allah! 

Bila sudah demikian adanya, berarti keyakinan Yesus terlahir ke dunia sebagai korban penebus dosa waris Adam adalah keyakinan yang terbentuk oleh kelihaian para misionaris seperti layaknya para sales Bank yang lihai meyakinkan nasabahnya bahwa semua dana mereka dijamin oleh Pemerintah, padahal tidak ada bukti pernyataan langsung dari pemerintah sebagai penjamin. Ujungnya, seperti yang terjadi pada banyak kasus Bank "Gak Jelas" yang sukses mengelabui korban mereka dan mengambil keuntungan fantastis dari kepercayaan semu nasabah, kemudian meninggalkan mereka dengan penyesalan seumur hidup!

Jika Yesus memang betul menjamin keselamatan manusia dari kebinasaan kekal di neraka dengan cara percaya bahwa dia adalah korban penebus dosa, sudah sepatutnya ada pernyataan langsung dari Yesus sendiri sebagai penjaminnya, bukan dari orang lain, apalagi orang lain itu bukan murid Yesus dan hanya mengaku-ngaku pernah ditemui Yesus dalam bentuk Roh, atau cahaya terang, jauh setelah Yesus tidak ada di bumi. 

Apakah harus menunggu tiba di akhirat dulu untuk membuktikan kebenaran tentang adanya jaminan tersebut?




BACA JUGA:



Baca Juga

Post a Comment

0 Comments