KONSEP KESELAMATAN DALAM AGAMA-AGAMA IBRAHIM
(YAHUDI, KRISTEN, DAN SLAM)
Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur Mata Kuliah Hubungan Antar Agama
Jurusan Perbandingan Agama Semester VI
Disusun oleh:
Bubun Bunyamin
Busro
Siti Maftuhah
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2013
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim.
Teriring salam dan doa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan kami kesehatan sehingga masih bisa menikmati segarnya udara sampai saat ini. Begitupun pada kekasihNya yang senantiasa membagikan ilmunya pada kami semua sampai kita bisa sampai pada abad peradaban ini, Muhamad SAW.
Kepada kedua orang tua kami juga yang senantiasa memberkati kami dengan doa-doa ijabahnya, sehingga kami masih bisa menjadi salah satu generasi penerus kesuksesan. Dan kepada bapak dosen mata kuliah yang senantiasa memberikan ilmunya untuk menambah khazanah keilmuan kami. Dan tidak lupa untuk semua sahabat – sahabat yang selalu medukung kami dan senantiasa berbagi ilmu bersama untuk menjadi insan cendikia yang bijaksana. Terimakasih.
Tak ada sesuatu pun yang sempurna di dunia ini. Karena itulah pasti masih banyak kekhilafan yang kami lakukan dalam penulisan makalah ini. Kritik dan saran selalu kami nantikan agar menjadi pembaikan bagi kami dalam setiap pembelajaran hidup yang kami jalani.
Alhamdulillah.
Penyusun
PENDAHULUAN
Latar Belakang
اهْدِÙ†َا الصِّرَاطَ الْÙ…ُسْتَÙ‚ِيمَ صِرَاطَ الَّØ°ِينَ Ø£َÙ†ْعَÙ…ْتَ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِÙ…ْ غَÙŠْرِ الْÙ…َغْضُوبِ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِÙ…ْ Ùˆَلاَالضَّآلِّينَ
“Tunjukanlah pada kami jalan yang lurus, yakni jalan orang-orang telah engkau beri nikmat kepadanya, bukan jalan mereka yang kau murkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat.”
(QS. Al Fatihah: 6-7)
Dari makna ayat di atas, dapat kita ketahui bahwasanya salah satu tujuan manusia beragama dalam menjalani hidupnya adalah mengharapkan sebuah bimbingan Tuhan, yakni dengan menunjukanya pada jalan yang lurus yang penuh dengan keridhoan-Nya, sehingga mampu mencapai nikmat dan surge yang Tuhan janjikan. Caranya adalah dengan menjalankan syariatnya dan menjauhi larangan-larangan yang tidak disukainya.
Islam, yang secara bahasa juga memiliki makna selamat, damai, tenang, dan menyerahkan diri. Yakni bahwa kehidupan manusia akan terasa damai dan tentram saat ia menyerahkan sepenuhnya diri dan rohani ke dalam bimbingan Tuhan Yang Maha Esa dan menjalankan ajaran RasulNya, sehingga ia bisa menjadi seorang manusia yang selamat dari dosa dan kepedihan.
Dalam Kristen, studi teologi keselamatan ini dikenal dengan soteriologi, yakni studi tentang bagaimana keselamatan dapat dicapai dan apa saja yang memengaruhi keselamatan, dan hasilnya. Keselamatan juga disebut sebagai "pelepasan" atau "penebusan" dari dosa dan pengaruh dosa. Sedang dalam Yahudi, tidak dikenal keselamatan sebagai sebuah hal universal, namun adalah sebuah masalah atau kepentingan pribadi, yang pertanggungjawabanya pun bersifat pribadi.
Setiap agama memiliki doktrin dan ajaranya masing-masing, yang dari kesemuanya itu membawa pada jalan kebenaran menuju keselamatan. Tidak ada agama satupun di dunia ini yang mengajarkan keburukan. Termasuk juga agama ardhi yang dianggap bukan merupakan agama wahyu juga tetap mengajarkan kabaikan dan cinta kasih terhadap sesame mahluk Tuhan, sehingga dicapai sebuah kebahagiaan hidup yang penuh dengan ketentraman menuju keselamatan dunia dan akhirat.
Karena itulah, walaupun banyak sekali konsep-konsep keberagamaan yang ada pada jaman sekarang ini, namun itu tidak memungkiri bahwa banyak persamaan antara agama satu dengan yang lainya, termasuk juga dalam konsep keselamatan yang diajarkan dalam agama-agama abrahamic yang berkembang sampai sekarang ini. Beberapa dari konsep keselamatan itu pada kebanyakan kasus memiliki banyak persamaan dibandingkan dengan perbedaan, karena pada dasarnya semua agama adalah sama yakni untuk mencapai kebahagiaan menuju surga.
Rumusan Masalah
- Bagaimana konsep keselamatan dalam agama-agama abrahamic (Yahudi, Kristen, Islam)?
- Bagaimana ajaran atau doktrin-doktrin yang diajarkan mengenai konsep keselamatan dalam agama abrahamic?
- Apa saja persamaan dan perbedaan dalam konsep-konsep keselamatan antara agama-agama abrahamic yang berkembang di dunia?
- Untuk mengetahui bagaimana konsep keselamatan dalam agama-agama abrahamic (Yahudi, Kristen, Islam).
- Untuk mengetahui bagaimana ajaran atau doktrin-doktrin yang diajarkan mengenai konsep keselamatan dalam agama abrahamic.
- Untuk mengetahui apa saja persamaan dan perbedaan dalam konsep-konsep keselamatan antara agama-agama abrahamic yang berkembang di dunia.
PEMBAHASAN
⦁ Yahudi
⦁ Keselamatan dalam Yudaisme (Yahudi)
Yudaisme, pada mulanya adalah sebuah agama etnis. Karena itu, umumnya konsep-konsep keagamaan Yudaisme berkembang dalam hubungannya dengan konsep “bangsa pilihan” (atau “umat pilihan”). Demikian juga dengan konsep keselamatan. Yudaisme menekankan keselamatan secara nasional (bangsa), bukan individual (pribadi).
Yudaisme tidak mengenal konsep keselamatan dari dosa, sebab, dalam Yudaisme tidak dikenal pemahaman bahwa pada dasarnya manusia adalah berdosa. Dengan kata lain, Yudaisme menolak pandangan “dosa warisan” dan “dosa asal.” Yudaisme juga tidak mengenal campur tangan TUHAN dalam memperoleh keselamatan.
Dalam Yudaisme, manusia disadari memiliki impuls-impuls dosa, tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan untuk melakukan perbuatan baik dan menjadi baik. Dengan demikian, manusia mampu untuk memilih apakah menjadi jahat ataukah menjadi baik.
Artinya, keselamatan manusia dalam pandangan Yudaisme, bergantung pada prilaku-prilaku dan moral manusia itu sendiri. Manusia dapat mengupayakan sendiri keselamatannya, bahkan ketika manusia jatuh ke dalam dosa, manusia dapat melakukan upaya-upaya pemulihan dengan jalan pertobatan, yang biasanya ditandai dengan pengakuan dosa dan kurban.
Yudaisme menolak pandangan Kristen yang menyatakan bahwa keselamatan dapat terjadi karena Kristus, sebab, Yudaisme tidak mengenal konsep perantara antara manusia dengan TUHAN. Bagi Yudaisme, manusia dapat langsung berhubungan dengan TUHAN, tanpa perantara siapapun, termasuk Kristus.
Namun, Yudaisme percaya pada konsep “penebusan.” Kalangan Yudaisme Reform menolak bahwa penebusan itu berkaitan dengan “sang penebus,” sebagaimana pemahaman Kristen tentang Mesias atau Kristus. Sementara, Yudaisme Konservatif tidak menolak kemungkinan bahwa Mesias adalah simbol penebusan bagi umat manusia. Meski demikian, Yudaisme Konservatif menolak jika Mesias itu adalah Yesus, yang dipercaya oleh orang-orang Kristen.
Yudaisme juga fokus pada persoalan ‘Olam Hazze (dunia ini), sehingga konsep keselamatan dikembangkan dalam upaya menjadikan dunia ini sebagai dunia yang sesuai dengan kehendak TUHAN. Karenanya, ketika berbicara tentang keselamatan dalam Yudaisme, kita tidak akan menjumpai pembahasan tentang surga dan neraka. Melainkan, melulu berbicara tentang upaya-upaya membenahi kehidupan di dunia.
Meski demikian, bukan berarti bahwa Yudaisme tidak percaya dengan kehidupan yang akan datang. Dalam konsep Yudaisme, dunia yang akan datang disebut ‘Olam Habba (dunia yang akan datang) atau Gan Eden (Taman Eden) atau Gehinom atau Gehenna (tempat penyucian).
Menurut Hans Ucko, dalam Yudaisme, peran umat Allah cukup besar dalam drama keselamatan itu. Israel berperan dalam hal itu. Keselamatan yang Allah tawarkan kepada Israel memang berlangsung dalam sejarah, tetapi Israel tidak boleh hanya menjadi penontonnya; Israel harus bersiap, memperlengkapi diri dan ikut "main" bersama. Malaikat Tuhan melewati rumah-rumah Israel, hal itu terjadi karena Israel telah siap untuk keselamatan dengan menyiram pintu depan mereka dengan darah anak lembu. Dan ketika dengan tangan yang kuat dan ter-acung, Tuhan menyelamatkan umat-Nya dari kuasa Mesir, itu terjadi dengan persiapan umat atas keselamatan itu. Mereka tahu bagaimana mereka seharusnya agar juga turut menghadirkan keselamatan itu. Mereka menyiapkan roti, yang tidak perlu ditunggu sampai beragi, tetapi membawa tempayan adonan dalam jubah mereka. Mereka mengangkat harta benda mereka keluar dari Mesir, dan keselamatan terjadi. Di padang gurun keselamatan terjadi di saat Israel mengangkat Torah di punggungnya. Israel tidak dapat tinggal diam saja. Keselamatan berarti sudah keluar dari Mesir dan masuk ke dalam dunia dengan membawa Torah di punggungnya. Tanpa jawaban Israel bahwa "segala yang difirmankan TUHAN akan kami lakukan" (Kel. 19:8), maka tidak akan ada keselamatan.
Jadi keselamatan menurut tradisi Yahudi tidak terutama sebagai suatu gagasan teologis, yang sering dihubungkan dengan pemahaman teologis yang jelas buatan manusia. Keselamatan bukan terutama sebagai pembebasan dari dosa atau dari keberdosaan dunia yang jatuh ini, atau sebagai obat melawan dosa asal. Bukan juga sebagai upaya lari atau berjuang menuju "Yang Mengatasi" semuanya itu. Bumi bukanlah tempat yang asing di mana manusia bukan penghuninya. Keselamatan berarti menjadi manusia yang dibebaskan untuk terlibat dalam dunia ini karena tidak ada tempat yang lain; hanya bumi inilah sebagai kediaman kita yang Tuhan ciptakan.
Keselamatan sebagai pembebasan jelas adalah suatu penafsiran yang lain tentang keselamatan itu, yang bersumber pada warisan tradisi Yahudi yang melihat keselamatan sebagai keikutsetaan atau keterlibatan. Dalam pemikiran Kristen hal ini berarti mengarahkan perhatian pada pribadi Yesus yang tampak saat la hidup di dunia, saat la berkotbah, bertindak dan taat beragama. Mengikut Yesus adalah suatu keselamatan. Keselamatan menyangkut seluruh pribadi itu dan berkaitan dengan keadilan sosial, yaitu pembebasan dari penindasan dan penghisapan. Keselamatan adalah suatu peristiwa menyeluruh yang mencakup masyarakat dan struktur sosial ke dalam rangkumannya. Etika dan keselamatan adalah dua hal yang bertalian.
Dalam tradisi Yahudi keselamatan tergantung pada pertobatan ciptanya di dalam hidup semua manusia kebenaran dan kedamaian. Para rabi mengatakan bahwa ciptaan belum sempurna sebelum Israel, yang dibawa dari Mesir, menerima Torah di Sinai dan memikul kuk Kerajaan Sorga dan berjalan selaku umat Allah, dan diutus menjadi alat mencapai kedamaian dan kebenaran. Ketika umat Allah di kaki Gunung Sinai berkata, "Semua yang dikatakan TUHAN akan kami lakukan," mereka menunjukkan kesiapannya menjadi cermin Allah di dalam dunia. Karena pernyataan sikap itu, kini keselamatan menjadi nyata.
⦁ Kristen
⦁ Keselamatan dalam Kristen
Dalam kepercayaan umat kristiani, tidak ada keselamatan di luar diri Yesus Kristus. Bahwasanya keselamatan hanya mampu diraih jika seseorang percaya atau mengimani penyaliban dan juga kebangkitan kristus. Di sini bahwasanya mereka bersatu dengan Bapa dalam mengimani iman-iman kristiani, sehingga bisa mencapai kebahagiaan atau keselamatan. Yesus adalah penghubung atau perantara yang mengantarkan manusia pada jalan lurus atau keselamatan menuju kepada Keagungan Bapa. Tanpa Dia manusia tidak akan mampu mencapai keselamatan yang diinginkanya. Ini tercantum dalam Yohanes 14:6:”
“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorang pun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku.”
Selain dari itu, dalam perealitaan Yesus sebagai Tuhan, Dia juga mendapatkan gelar sebagai epifani kasih karunia Allah penyelamat manusia, atau dikenal dengan sebutan “Allah penyelamat”. Ini bermakna bahwasanya umat kristiani mengimani yesus hanya sebagai sebuah lambang dari sakramen mereka, yakni sebagai Allah penyelamat, bukan sebagai Allah pencipta. Karena pada dasarnya pencipta sejati adalah Tuhan Bapa, yang telah mewariskan keaguanganya pada Yesus untuk menjadi juru selamat umat manusia dari dosa. Seperti tercantum dalam Al kitab,
“Karena Allah begitu mengasihi manusia di dunia ini, sehingga Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan mendapat hidup sejati dan kekal.” - Yohanes 3:16
Keselamatan dalam agama Kristen secara umum memiliki beberapa tipologi, yakni antara lain:
Keselamatan Universal
Keselamatan universal dapat dikatakan keselamatan ke seluruh dunia, atau dengan kata lain, perluasan keselamatan keluar dari batas-batas Israel. Di sini bahwasanya keselamatan atau berita gembira (eclesia) yang dibawa oleh Yesus sebenarnya tidak hanya diperuntukan bagi umat di Israel –yang saat itu masih beragama Yahudi saja, namun bagi seluruh umat manusia di dunia ini. Berita tentang kedatangan seorang mesias atau penyelamat sudah dikabarkan sejak jaman nabi Daud bahwasanya akan datang seorang penyelamat dari keturunan Daud. Namun umat Yahudi tetap tidak bisa menerima saat Yesus –atau nabi Isa dalam Islam mengakui bahwa keselamatan yang dibawanya adalah untuk semua umat manusia di dunia ini secara universal. Sejak itu, maka Yahudi menghapuskan gelar Mesias dalam diri Yesus, menjadi seorang pengkafir Yahudi, karena mengajarkan ajaran baru yang mereka anggap tidak bersesuaian dengan ajaran yang Yahudi yang diajarkan para Rabbi saat itu.
Seperti halnya agama islam, ajaran keselamatan Yesus ini juga pada permulaanya bersifat universal seperti yang diungkapkan Yesus. Namun pasca dari kewafatan Yesus, yakni decade saat munculnya keimanan Kristen yang disebarluaskan oleh kedua belas – yang satu berkhianat murid Yesus, konsep keimanan kristiani berubah, apalagi setelah konsili Nicea yang ke 2, yang akhirnya melahirkan sebuah paham kristiani yang berbeda antara Timur dan Barat. Dari sana, bahwa konsep universal tentang keselamatan dalam Kristen menjadi semakin memiliki makna yang sempit.
Konsep Keselamatan dalam Perjanjian Lama
Dalam perjanjian lama, yang merupakan revisi dari kitab Taurat yang dibawa Musa, di dalamnya terdapat lima konsep keselamatan yang memiliki makna yang sangat luas dan dalam-cukup untuk menanggulangi semua akibat dosa dalam alam semesta ciptaan Tuhan. Penyelamatan itu yakni bersifat:
⦁ Pribadi dan sosial
⦁ Rohani dan jasmani
⦁ Politis dan ekonomis
⦁ Manusiawi dan ekologis
⦁ Lokal dan Kosmik
⦁ Sekarang dan Esok.
Allah sebagai Juruselamat memenuhi setiap dimensi kehidupan manusia. Keselamatan dalam Perjanjian Lama, mempunyai unsur-unsur baik yang tertuju kepada manusia maupun yang tertuju kepada Allah. Keselamatan bukan hanya semata mengenai kehidupan kekal setelah kematian melainkan juga keselamatan secara fisik. Intinya dalam Perjanjian Lama-secara keseluruhan menunjukkan akan betapa dalam dan besarnya kebutuhan dan dosa manusia.
Konsep Keselamatan dalam Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru tema keselamatan merupakan salah satu yang menonjol terutama dalam tulisan-tulisan Paulus. Yesus dalam pengajarannya mengecam terhadap seseorang yang membenarkan dirinya sendiri. Misalnya saja seperti dalam Lukas 18:9-14 mengenai orang farisi dan pemungut cukai dan Lukas 16:15 mengenai orang farisi yang merasa dirinya benar akibat perbuatannya. Yesus sangat menginginkan agar manusia dapat mencari kebenaran namun tidak dengan usaha sendiri. Pembenaran itu hanya bisa dicapai melalui pertobatan di dalam kerendahan hati. Paulus pun sangat menentang pemahaman bahwa seseorang dapat diselamatkan karena perbuatannya. Paulus menolak pemahaman bahwa seseorang bisa diselamatkan melalui Hukum Taurat dan tradisi-tradisinya (sunat, kurban, dan sebagainya.
Dalam bahasa Ibrani kata kebenaran adalah sedaqa, dapat pula berarti kelepasan. Terjemahan kebenaran dalam konsep Ibrani ke dalam PB yaitu dikaiosune. Dari sisi manusia dikaiousune ialah tindakan manusia yang sesuai dengan kehendak Allah. Sedangkan dari sisi Allah ialah tindakan Allah yang membenarkan manusia. Menurut Paulus kebenaran Allah merupakan cara Allah untuk menilai manusia. Kebenaran itu seharusnya merupakan “status pribadi”. Bangsa-bangsa non Yahudi memperoleh kebenaran walaupun mereka tidak mengejarnya sedangkan bangsa Israel tidak. Hal ini terjadi karena bangsa Israel mengejar kebenaran itu melalui perbuatan bukan melalui iman.
Konsep Keselamatan dan Perbandingannya dengan Protestan
Berbeda dengan kelompok khatolik yang tradisional atau klasik, dalam keyakinan protestan terdapat beberapa pemikiran baru tentang konsep keselamatan dalam agama Kristen pembaharuan ini.
Menurut Lutherian, bahwasanya manusia tidak memiliki hak apapun dalam menentukan kehidupanya. Bahwa keselamatan semuanya telah ditentukan oleh Tuhan semata. Manusia seberapa besarpun usahanya untuk mendapatkan anugerah atau keselamatan, saat Tuhan tidak menghendakinya, maka ia tak akan mampu untuk meraihnya, karena semuanya ada dalam kehendak yang Tuhan tentukan.
Menurut Calvinisme, yang pemikiranya merupakan modernisasi dari pemikiran Luther. Menurutnya bahwa keselamatan memang datang dari Tuhan, dan merupakan hak mandiri Tuhan. Namun pada realitanya, keselamatan itu diberikan khusus pada manusia pilihan Tuhan yang telah dipilih oleh Tuhan, sehingga manusia tetap tidak memiliki kebebasan kehendak dalam menentukan atau meminta anugerah yang diinginkanya, karena semuanya tetap hak preogratif Tuhan.
Sedangkan menurut Arimianisme, yakni penentanag Calvin bahwa keselamatan itu adalah kehendak Tuhan semata, dan memang pada dasarnya merupakan kehendak dari hak preogratif Tuhan. Namun walaupun seperti itu, manusia tetap memiliki kebebasan kehendak untuk memilih antara yang baik dan yang buruk. Jadi tidak selamanya anugerah yang dicurahkan Tuhan adalah karena kehendak yang seutuhnya dari Tuhan, namun bisa merupakan balasan atas perlakuan-perlakuan baik yang dilakukan manusia sehingga bisa mempengaruhi Tuhan untuk memberikan kehendaknya.
Ayat-Ayat Keselamatan dalam Al Kitab
Selain dari beberapa tipologi dari macam-macam konsep keselamatan dalam agama Kristen, di sini akan sedikit ditulis beberapa dari ayat-ayat keselamatan yang ada dalam Al kitab, sehingga menjadi sumber-sumber ajaran oleh umat kristiani. Beberapa dari ayat-ayat keselamatan itu antara lain:
Roma 3: 23
“Semua orang sudah berdosa dan jauh dari Allah yang hendak menyelamatkan mereka.”
Roma 10:9,10,13
“Sebab kalau Saudara mengaku dengan mulutmu bahwa "Yesus itu Tuhan", dan Saudara percaya dalam hatimu bahwa Allah sudah menghidupkan Yesus dari kematian, maka Saudara akan selamat. Karena dengan hatinya orang percaya, sehingga Allah menerima dia sebagai orang yang berbaik dengan Allah. Dan dengan mulutnya orang mengaku, sehingga ia diselamatkan. Dalam Alkitab tertulis, "Semua orang yang berseru kepada Tuhan, akan selamat."
Efesus 2:8,9
“Allah mengasihi kalian, itu sebabnya Ia menyelamatkan kalian karena kalian percaya kepada Yesus. Keselamatan kalian itu bukanlah hasil usahamu sendiri. Itu adalah anugerah Allah. Jadi, tidak ada seorang pun yang dapat menyombongkan dirinya mengenai hal itu.”
Kisah Rasul-rasul 16:31
“Paulus dan Silas menjawab, "Percayalah kepada Tuhan Yesus! Engkau akan selamat--engkau dan semua orang yang di rumahmu!"
Dan masih banyak lagi ayat-ayat dalam Al kitab yang mengungkapkan tentang keselamatan atas nama Yesus.
⦁ Islam
⦁ Konsep Keselamatan Dalam Islam
Islam mempercayai untuk masuk ke dalam kehidupan yang kekal dalam kebahagiaan, atau yang dikenal dengan surga, jalannya sangat sulit sehingga kadang digambarkan seperti melewati titian rambut dibelah tujuh tapi syaratnya memang sederhana yaitu mengimani Allah SWT sebagai tuhan dan Muhammad saw sebagai NabiNya. Ajaran Islam juga mengharuskan umatnya mengikuti apa yang telah diperintahkan oleh Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW.
Secara singkat, konsep keselamatan Islam tercakup dalam 2 pilar pokok keimanan Islam yaitu:
Rukun Iman
⦁ Percaya keberadaan Allah
⦁ Percaya keberadaan Malaikat
⦁ Percaya Kitab-kitabnya
⦁ Percaya kepada para utusan-Nya
⦁ Percaya adanya hari kiamat
⦁ Percaya adanya Takdir
Rukun Islam
⦁ Kalimat Syahadat
⦁ Shalat 5 Waktu
⦁ Melaksanakan Zakat
⦁ Berpuasa di bulan Ramadhan
⦁ Melaksanakan Haji bila mampu
Menurut ajaran islam, dengan menaati kedua hal tersebut maka akan menuntun manusia ke jalan yang benar. Sedangkan nanti jika tiba pada hari kiamat, manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatanya. Akan ada yang lansung ke neraka atau ke surga, tapi ada juga yang harus melewatu ujian. Dimana jika gagal melaksanakan ujian, manusia akan masuk neraka sementara waktu sampai hukumannya setimpal dengan perbuatan jahatnya sebelum dipersilahkan masuk ke surga.
Menurut Agama Islam konsep keselamatan adalah beriman kepada Allah dan mengerjakan amal sholeh.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Ada yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS. Al-Bayyinah: 98).
Al Qur’an menyatakan bahwa keselamatan adalah hasil sinergi antara iman dan amal manusia (QS. Al-Baqarah:25). Agama Islam memaknai keselamatan manusia merupakan hasil upaya manusia dalam menghasilkan amalan-amalan yang diperbuat dari manusia itu sendiri yang pada akhirnya ditentukan oleh Allah. Masing-masing hasil amalan sebagai upaya manusia melakukan perintah (Pahala) dan menghindari larangan Allah (menghindari Dosa) inilah yang menentukan keselamatannya yaitu Surga atau Neraka. Agar masuk surga, selain dengan memeluk agama Islam, umat Muslim juga diharuskan menjalankan perintah agama, dan melaksanakan rukun Islam.
Ajaran islam meletakkan tatanan kehidupan negara dan masyarakat yang berpijak pada kebenaran hakiki (hukum Allah dan Rasul-Nya). Dengan pola pijakan keadilan dan ihsan. Pijakan tersebut akan menggerakan pada semua aspek perjuangan hidupnya baik ekonomi maupun hukum serta sains dan teknologi demikian pula kehidupan pemerintah dan sosial kemasyarakatan, sehingga terbangun tatanan silaturahmi (interaksi islam) dengan pola kehidupan yang memuaskan serta memberi nilai tambah kemanusiaan yang hakiki yakni kehormatan. Tatanan kehidupan inilah yang disebut menyelamatkan, dan tentunya searah dengan arti Islam. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Pola dan sistem Islam terbangun untuk kemaslahatan manusia dan alam lingkungannya, sehingga diperoleh kehormatan serta kebahagiaan kehidupannya. Hal ini sejalan dengan perintah Allah SWT,
”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (QS. An-Nahl : 90).
Perintah Allah tersebut, hendaknya dapat ditegakkan pada semua aspek tatanan kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat. Sehingga sosial ekonomi, hukum dan pemerintahan bergerak secara positif bagi kemaslahatan kehidupan manusia dan lingkungannya yang beranjak dari keadilan yang bernuansa kebajikan, untuk kehidupan yang penuh rasa syukur dan keharmonisan pada semua kegiatan, yang pada akhirnya akan membuahkan hasil bagi semua manusia rasa memperoleh kehormatan dan kehidupan yang membahagiakan. Itulah sebabnya dikatakan Islam membawa Rahmat itu akan dirasai pula oleh mereka di luar Islam. Tidakkah kehidupan dewasa ini penuh dengan penyimpangan dan bahkan dapat dikatakan manusia banyak yang hilang kehormatannya karena melakukan perbuatan yang hina (menipu, merampok, dan bahkan membunuh) semua itu jika ditelusuri, karena mereka tidak harmonis dan tidak memperoleh kepuasan dalam kehidupannya, dan penyebab dari ketidak puasan itu adalah ketidak adilan dan tidak diperolehnya kebajikan, bahkan kita hendaknya berani menyatakan karena jauh atau lepas dari sistem Islam yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.
Konsepsi Islam sebenarnya untuk menyelamatkan manusia dan alam semesta, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Sabda Rasulullah SAW tersebut dibuktikan oleh Umar bin Khattab, saat mencapai kesuksesan yang demikian mengagumkan (kesejahteraan ekonomi, keamanan dan keadilan, serta penguasaan Palestina dan berbagai belahan dunia) saat diberi pujian, beliau menjawab sesungguhnya yang hebat dan seharusnya kalian kagumi adalah konsepsi Islam. Sesungguhnya kalian akan terhormat dan disegani jika benar-benar berpijak pada Islam dan sebaliknya, kalian akan hina karena melepaskan pijakan Islam. Hal ini sebaliknya bagi penganut ajaran agama lain.
Dari aspek Iptek, Islam telah mengantar perubahan peradaban manusia dengan berbagai temuan dan terapan berbagai ilmu pengetahuan dasar, sehingga berbagai permasalahan manusia dapat teratasi. Hal ini sejalan dengan pernyataan Al-Ghazali, perkembangan IPTEK setiap hari mengukuhkan keyakinan kita akan kebenaran Nas Al-Qur’an yang telah meletakkan fikiran manusia pada iklim saintifik serta membentangkan kondisi-kondisi yang diperlukan. Obyek Al-Qur’an adalah untuk membentuk manusia dalam melaksanakan tanggung jawab kekhalifahan, memakmurkan bumi melalui penyingkapan sunnah, penguasaan dan penggunaan serta berurusan baik bersama Al-Qur’an. Orang mu’min dituntut untuk berfikir, melihat perubahan yang terjadi dan melakukan percobaan serta memanfaatkannya untuk kemaslahatan manusia (motivasi amal sholeh) sehingga terdapat perbedaan mendasar dengan motivasi dan perilaku orang-orang kafir.
Adapun aspek posisi umat islam, tentunya akan kembali kepada kesadaran umat islam sendiri, sejauh mana mereka sadar akan Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk dijadikan pedoman. Sebagaimana Firman Allah SWT,
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang beriman ketika Allah mengutus dari mereka sendiri seorang Rasul, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka dengan mengajarkan mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah dan sesungguhnya mereka sebelumnya dalam kesesatan nyata.” (QS. Ali-Imran: 164)
“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkannya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi” (QS. Al-Fath: 28)
“Pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku serta telah Ku-ridhai islam menjadi agamamu.” (QS. Al-Maidah: 3)
Sabda Rasulullah SAW
“Sesungguhnya kutinggalkan kepadamu dua perkara yang engkau tidak akan sesat sedikitpun, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.”
Ayat dan hadist tersebut menegaskan kesempurnaan konsepsi islam dalam menata dan memenuhi kebutuhan hidup dan kehidupan manusia, pada semua aspek kehidupan dunia. Hal ini ternyata merupakan kepastian bagi keselamatan manusia jika mereka mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT serta doa yang telah dijabarkan dan dipraktekan oleh rasulullah saw.Kepastian keselamatan inilah yang merupakan identitas dari Ajaran Islam. Yakni keselamatan bagi mereka yang menerima dan mengamalkannya. Hanya saja sejauh mana manusia menyadarinya secara utuh, agar dapat memperoleh manfaat atau ni’mat secara utuh pula. Hal ini telah ditegaskan dalam firman Allah SWT:
”Wahai orang-orang beriman masuklah ke dalam Islam secara kaffah dan janganlah engkau mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya dia musuh yang nyata bagimu". (QS. Al-Baqarah : 208)
Rasulullah saw beserta sahabat-sahabatnya, terutama khullafur rasyidin yang konsisten dengan petunjuk Allah SWT. Sehingga kehormatan hidup mereka didambakan oleh umat islam, Allah memberi pujiannya sebagaimana firman Allah pada surat A-Fath ayat 29
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al-Fath : 29)
PENUTUP
Analisis
Persamaan dan Perbedaan konsep keselamatan antara agama Yahudi, Kristen, dan Islam.
Kesimpulan
- Menurut kepercayaan Yahudi bahwa keselamatan bukan hal yang bersifat pribadi, namun merupakan hal yang bersifat umum (nasional), karena Yahudi memang sebuah komunitas beragama yang bersifat komunal. Dalam agama Yahudi, keselamatan tidak bisa diwakilkan oleh pihak atau mahluk lain. Keselamatan bisa langsung diberikan atau meminta pada Tuhan. Selain dari itu, untuk mendapatkankeselamatan itu, manusia harus senantiasa melakukan hal-hal yang bisa membuat Tuhan senang, dengan melakukan kurban atau penebusan dosa.
- Menurut konsep Kristen bahwa keselamatan hanya mampu dicapai dengan jalan mengimani ajaran Yesus, karena hanya Yesuslah jalan penghubung antara manusia dengan Tuhan. Sedikit berbeda dengan protestan memang, tapi pada dasarnya umat protestan masih tetap mempercayai bahwa keselamatan itu ada melalui didir Yesus yang Tuhan kirimkan untuk umat manusia di bumi ini, khususnya Kristen.
- Dan konsep keselamatan dalam agama Islam yaitu manusia bisa selamat jika beriman dan bertaqwa, memenuhi dan menjalankan Rukun ISLAM (5) dan Rukun IMAN (6) . Dalam hal ini manusia yang merupakan Umat Muhammad SAW sudah pasti suatu saat di akhirat akan merasakan neraka Jahanam yaitu tempat Umat Nabi Muhammad yang melakukan dosa. Masuk neraka dalam arti membersihkan dosa yang ada kemudian setelah bersih akan di tempatkan di Surga.
[Sumber: Academia.Edu]
DAFTAR PUSTAKA
⦁ Al Kitab
⦁ Smith, Huston. 2008. Agama-Agama Besar Dunia. Jakarta:: YOI.
⦁ Manaf, Abdul. 1993. Sejarah Agama-agama. Semarang: IAIN Walisongo Press.
⦁ C. Groenen OFM. 1990. Sakramentologi (Ciri Sakramental, Karya penyelamatan Allah, Sejarah, Wujud dan Sturuktur). Yogyakarta: Kanisius.
⦁ From Faith To Faith, Konsep Teologis keselamatan dalam Perjanjian Lama, diakses pada 12/0/13 - 22.43 WIB.
⦁ Wikipedia, Keselamatan dalam Kristen, diakses pada 12 /04/13 - 19.30 WIB.
⦁ Worldproject.org, Keselamatan, diakses pada 12/04/13 - 20.22 WIB.
⦁ Dep.Agama RI. AL QURA’AN DAN TERJEMAHANNYA :1982. Jakarta
⦁ Artikel tentang pluralisme agama dalam perspektif kristen oleh Bedjo ,SE. ,M., DIV.
0 Comments