TOP

15/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bagaimana Islam Mengajar Muslim Berdebat?

SELAMA wara-wiri di dunia Blog religi, saya mendapat kesan bahwa diantara peserta yang berdialog terbagi dalam 2 kelompok. (1) yang berdialog dengan sopan (2) yang berdialog dengan tidak sopan.

Menanggapi hal ini tentu kita harus mampu menciptakan forum dialog yang baik bagi kedua belah pihak. Sehingga dalam dialog lebih mengedepankan intelektualitas daripada emosi.

Islam sebagai agama yang sempurna mengajarkan cara berdebat yang baik dengan Ahli Kitab. Dimana Allah ingin para Muslim menjadi manusia yang terbaik dalam hal apapun termasuk dalam hal berdebat.

"Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka,…." (QS. 29:46)

Al-Quran memerintahkan kepada kita untuk berdebat dengan cara yang paling baik dengan Ahli Kitab (Kristen, Yahudi, bahkan Hindhu atau Budha). Di mana kita tahu di antara Ahli Kitab (terutama Kristen dan Yahudi) sesungguhnya ada orang-orang yang baik budi pekertinya, cuma salah dalam aqidahnya. Kepada mereka inilah umat Islam diperintah untuk  berdebat, jika terpaksa, dengan cara yang sebaik-baiknya. Hal ini seperti disebutkan pada awal ayat QS 29:46;

Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik.”

Bagaimana jika ahli Kitabnya orang yang reseh dan suka mencaci maki agama lain (dalam hal ini Islam). Maka Allah berfirman kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka.   Nah, yang masih menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara kita mendebat Ahli Kitab yang Zalim?

Jika terhadap ahli kitab yang berbudi baik kita diperintah untuk berdebat dengan cara yang paling baik (kecuali terhadap mereka yang zalim) maka apakah terhadap ahli kitab yang zalim ini kita boleh berdebat dengan cara yang keras, sama tidak sopannya dengan mereka sendiri? Yang jelas, di bawah rating paling baik, masih ada baik, cukup baik, biasa, buruk, dan buruk sekali.

Jadi, kita bisa saja mendebat mereka dengan cara baik, cukup baik, biasa, atau bahkan buruk, tergantung bagaimana sikap lawan debat. Akan tetapi jika seorang muslim berusaha untuk senantiasa santun dalam berdebat meskipun  mereka (ahli kitab yang zalim) berlaku sebaliknya, maka Insya Allah, Allah akan ememberinya nilai tersendiri.

"Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam,"  (QS. 4:140)

Sebagai manusia, kita harus menyadari bahwa diri kita sangat jauh dari sempurna, dan bahwa kita sangat sering melakukan kesalahan. Tak terkecuali saat sedang berdebat. Sangat mungkin kita terperangkap dan hanyut terbawa emosi, lalu bersikap melampaui batas dalam berdebat sehingga menjadi tidak santun. Untuk itu, ingatlah selalu firman Allah ini:

"Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu)." (QS. 6:68) 

Maksud “janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat"  (Lihat QS 4:140), adalah bahwa saat kita menjadi emosi dan berlaku kurang santun dalam berdebat, hendaklah mengingat larangan Allah di atas, segera ightifar, dan kembali menggunakan cara-cara yang baik sebagaimana yang dikehendaki oleh syariat Islam. Atau lebih baik lagi, tinggalkanlah perdebatan itu, tapi tetap dengan cara-cara yang santun!

Kendati demikian, maka di atas semua itu perhatikan jugalah firman Allah berikut ini:

"Dan janganlah engkau ikuti apa yang engkau tidak mempunyai ilmu tentangnya, sesungguhnya pendengaran, pengelihatan dan hati, semuanya itu akan ditanya."(QS.17:36)


Wallahualambissawab.

[Disadur bebas dari pesan Pak Wedul Sherenian]
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments