TOP

15/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bunda Maria Dalam Sejarah Trinitas


Mesir terkenal dengan kebudayaan dan peninggalan yang mengagumkan. Tuhan ibu yang pernah disembah oleh orang mesisr adalah Isis , yang mempunyai anak bernama Horus. Karena Horus juga disembah sebagai tuhan, maka otomatis isis menyandang gelar sebagi Tuhan Ibu.

ISIS, Dewi Kesuburan Mesir dilukiskan sebagai seorang ibu yang berdiri di atas bulan sabit dan bintang-bintang yang mengelilingi kepalanya. Gambar ini kemudian diadopsi oleh seluruh gereja di eropa yang menggambarkan bunda Maria dalam pose seperti itu. Dalam perluasan wilayah kristen selanjutnya, patung-patung Isis dan Horus yang tersebar di mana-mana, oleh gereja kemudian dirobah namanya menjadi Maria dan Yesus.

Bunda Maria makin lama menduduki posisi yang makin penting. Penyembahan kepadanya menjadi tidak kalah penting dengan penyembahan terhadap Yesus.

Tokoh-tokoh gereja sedunia bertemu di konsili efesus tahun 431M mensahkan bunda Maria sebagai Tuhan Ibu.

Simak pengakuan Tony Lane, dalam bukunya CHRISTIAN THOUGT, 1984 Halaman 46:
Berdasarkan pengertian tentang kesatuan yang tidak meragukan ini, kita menyatakan perawan yang suci (Maria) sebagai ibu tuhan, karena Tuhan Firman berinkarnasi dan menjadi manusia dan dari kelahirannya sendiri, tubuh kasar yang diwarisi dari maria bersatu dengannya.
Untuk  umat yang pernah menuhankan Maria, Allah mengisyaratkan dalam firman-Nya;
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia jadikanlah aku dan ibuku dua tuhan selain Allah?" (QS Al-Maidah : 116)

Dengan demikian, kristen pada Konsili Efesus Tahun 431M masih merumuskan Trinitas dalam formasi Tuhan Bapa - Tuhan Ibu - Tuhan Anak (Yesus). Roh Kudus sama sekali tidak ada dalam daftar, apalagi pernah dipikirkan sebagai salahsatu oknum Trinitas.

Pada Konsili Konstatinopel 722M, gereja melengserkan Bunda Maria dari posisinya sebagai salahsatu oknum tuhan Trinitas, dengan melantik malaikat Gabriel yang bergelar Roh Kudus.

Sebelum Roh Kudus dituhankan oleh para bapoa gereja, Allah lebih dulu sudah berfirman:
"Wahai Ahli Kitab , janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, `Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara." (QS. An Nisa: 171).

Sebagai sebuah realitas historis, sisa-sisa penyembahan terhadap Maryam masih dapat ditemukan hingga hari ini di sejumlah wilayah Eropa, termasuk Polandia, bahkan Inggris Raya dan Perancis Selatan. Menurut survey yang dilakukan oleh Ean Begg pada tahun 1985, masih ditemukan patung bunda Maria yang berwarna hitam yang dikenal dengan sebutan black virgin atau Black Madonna. Patung tersebut sengaja dibuat untuk dipuja atau disembah sebagai tuhan. Bahkan patun-patung tersebut selalu diasosiasikan dengan sejumlah situs pemujaan kaum pagan dari masa yang jauh lebih kuno.[6] Ditengarai bahwa penyembahan terhadap pribadi Maria merupakan hasil proses adopsi dan perkembangan dari pemujaan terhadap sejumlah dewi pagan yang memiliki kisah kehidupan sama persis dengan kisah Yesus dan Ibunya, Maria.

Ralph Edward Woodrow dalam buku Babylon Mysteri Religion mengutip buku Frazer, The Golden Bought Volume 1 Halaman 356 menjelaskan fakta bahwa penyembahan terhadap Tuhan Ibu dan Tuhan Anak telah menyebar dan merasuk kepada masyarakat kerjaan Romawi dan sekitarnya. Hal tersebut iungkapkan oleh Woodrow sebagi berikut:

“The Worship of Great Mother, very popular under the Roman Empire, unscriptions prove that the two (the mother and the child) receive divine honors, not only in Italy and especially at Rome, but also in the provinces, particularly in Arican, Spain, Portugal, France, Germany, and Bulgaria”.

Akibatnya bisa dipastikan, penyembahan Tuhan Ibu dalam Kristen tidak dapat dihindari setelah para penyembah berhala dari Romawi, Yunani, Babilonia, dan Mesir memeluk ajaran Kristen. Dalam agama barunya tersebut para mantan penyembah berhala tidak mendapatkan penylurn yang sesuai dengan semangat penyembahan Tuhan Ibu. Padahal mereka belum dapat sepenuhnnya meninggalkan ajaran paganisme. Woodrow menulis bahwa kompromi pun terjadi, pihak gereja mencarikn padanan terhadap figur ibu yang disembah oleh kaum mantan kaum pagan dalam khazanah kekristenan. Tuhan Ibu yang dimaksud tidak lain adalah Maria, Ibu Yesus.

“One of the best example of such a carry over from paganism may be seen in the way the worship o the great mother continued – only in a slightly different form and with a new name. You see many pagans had been drawn to Christianity, but so strong was their adoration for the mother goddess, they did not want to forsake her. Compromising church leaders saw that if they could find some similarity in Christianity with the worship of the mother goddess, they could greatly increase their numbers but who could replace the great mother of paganism? Mary, of course was the most logical person for them to choose little by little, the worship that had been associated with the pagan mother was transferred to Marry”.

Maka tidak mengherankan pasca munculnya kritik Nestorius yang menolak istilah “bunda Tuhan”, gereja justru mengukuhkan posisi Maria sebagai Theotokos atau Ibu Tuhan dalam Konsili Efesus tahun 431 M. Salah satu butir yang dihasilkan dalam konsili tersebut adalah sebagai berikut: 

“Menurut pengertian bahwa kesatuan ini tidak mencampur adukkan, kami mengaku bahwa anak dara kudus adalah theotokos (bunda Allah), karena Allah Firman menjelma menjadi manusia dan sejak pembuahan-Nya menyatukan pada diri-Nya bait yang diambil daripadanya (Maria)”.

Berdasarkan informasi Ibnu Patrick, seorang sejarawan dan padri Kristen, menjelang Konsili Nicea 325 M dari jumlah peserta keseluruhan 2.048 orang terdapat sebagian peserta dari mahzab Mariamites dan Remitim yang berpendapat bahwa Yesus dan Ibunya adalah 2 (dua) Tuhan selain Bapa.

Selain itu terdapat aliran Ebionit yang secara jelas juga memuja Maria sebagai Tuhan Ibu. Penganut aliran Ebionit dikenal sebagai aliran yang para penganutnya menggunakan bulu domba sebagai pakaian. Bulu domba tersebut dikenakan agar mereka dapat hidup dalam kesederhanaan. Dalam hal ini tradisi mereka mengenakan kulit domba sebagai pakaian mirip dengan tradisi kaum sufi generasi awal dalam Islam yang menutamakan kezuhudan. Gambaran tentang cara berpakain kaum Ebionit ini dapat kita lihat kemiripannya dengan kisah Perjanjian Baru dalam Ibrani 11: 37.

Tentang apakah penyembahan terhadap Maria adalah bentuk Kekristenan heterodoks yang menyimpang maka biarlah waktu yang akan menentukan. Sebab sejumlah pertarungan keyakinan yang medasar dalam dunia Kristen bahkan belum selesai hingga hari ini. Sebut saja pertarungan antara kaum Trinitarian dan Unitarian. Satu pihak mengakui trinitas dengan sejumlah argumentasinya dan dipihak lain menolaknya dan menganggap bahwa Yesus hanya seorang nabi dan bukan Tuhan. Sedangkan bagi seorang penganut Kristen, terkait masalah penyembahan dan Ketuhanan Maria tentu akan lebih menguntungkan jika hal ini terhapus saja dari ingatan sejarah.

Masalah trinitas yang diakui mayoritas dunia Kristen hari ini juga bukan tanpa cacat sejarah. Konsili Nicea pada 325 Masehi, menurut informasi Ibnu Patrick, dihadiri oleh 2.048 orang peserta yang terdiri diri para uskup. 318 (tiga ratus delapan belas) orang diketahui sebagai pendukung konsep ketuhanan Yesus. Sedangkan 700 (tujuh ratus) orang uskup merupakan pendukung Arius yang menolak hakikat ketuhanan Yesus, dan sisanya memiliki sejumlah kepercayaan yang berbeda termasuk yang mempercayai Ketuhanan Maria. Namun, anehnya berkat prakarsa Kaisar Konstantin, hanya pendapat 318 orang (pendukung ketuhanan Yesus) tersebut yang kemudian dimenangkan. Jelas kaisar Konstantin telah Memerankan agnda politik pribadinya dengan sukses.

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments